Sabtu, 23 Mei 2015

MAKALAH
ALIRAN KEPERCAYAAN LOKAL BESERTA HUBUNGANNYA DENGAN NEGARA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Studi Agama Lokal II
Dosen Pengampuh :  Tatang Zakariah, M.Ag.


logo-uin

 Oleh :
                                              Andy Gunawan
                                               NIM. 1121020006
             


FAKULTAS USHULUDIN
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2015 M / 1436 H














KATA PENGANTAR
            Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat beserta salam semoga terlimpah curahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para sahabatnya, dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis mengumpulkan data dari berbagai sumber yang berhubungan dengan materi Aliran Kepercayaan Lokal beserta Hubungannya dengan Negara. Di antaranya penulis membaca beberapa buku literatur dan juga mencari data dari internet. Berdasarkan beberapa buku yang penulis baca, syukur alhamdulillah penulis dapat menyusun makalah berjudul Aliran Kepercayaan Lokal Beserta Hubungannya Dengan Negarayang merupakan salah satu tugas mata kuliah Studi Agama lokal II.
Ada kesulitan yang penulis hadapi yaitu terbatasnya buku literatur yang ada. Tapi, semua kendala tersebut dapat diatasi berkat semangat dan keyakinan dalam diri. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1)      Allah SWT yang selalu memberikan rahmat kemudahan dan keberhasilan dalam semua kegiatan,
2)      Bapak Tatang Zakariah, M.Ag., selaku dosen mata kuliah Studi Agama Lokal.
Makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan, baik pada teknis penulisan maupun materi. Mengingat penulis masih dalam tahap belajar. Oleh karena itu, penulis mohon kritik dan saran demi perbaikan karya mendatang.
Semoga makalah ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu pengetahuan. Amin.

Bandung, April 2015

PENULIS















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................………                        i
DAFTAR ISI.................................................................................................              ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………                         4
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi Aliran Kepercayaan……………………………..                6
1.2 Corak Yang Mempengaruhi Lahirnya Aliran Kepercayaan
     Di Indonesia………………………………………………               7
1.3 Sejarah Perkemabangan Aliran Kepercayaan Di Indonesia               8
1.4 Macam-Macam Aliran Kebatinan Di Indonesia…………                9
1.5 Sifat-Sifat Kebatinan…………………………………….                13
1.6 Inti Dan Pemikiran Aliran Kebatinan………………….                   14
1.7 Motif Masyarakat Menngemari Aliran Kebatinan…….                    15
1.8 Aliran Kebatinan Dilihat Dari Kehidupan Bernegara….                   16
1.9 Hubunagn Aliran Kebatinan Dengan Negara………….                   17
BAB III PENUTUP……………………………………………………….              18








BAB I
PENDAHULUAN

            Indonesia adalah sebuah negara yang mempunyai kebudayaan, suku, adat, istiadat, kepercayaan, dan agama yang beragam. Ada 6 agama yang diakui saat ini di Indonesia yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu. Negara Indonesia mempunyai semboyan Bhineka Tunggal Ika, semboyan merupakan pernyataan yang digunakan untuk mengatasi keanekaragaman kepercayaan dan keagamaan yang akan memberikan nilai-nilai inspiratif dalam sistem negara atau pemerintahan. Bhineka Tunggal Ika telah menumbuhkan semangat persatuan dan kesatuan ditengah keberagaman.
Aliran kebatinan mulai timbul di Negara Indonesia sejak diraihnya kemerdekaan. Ini ditandai dengan diadakannya Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) kelima, yang diadakan di  Panaraga tahun 1963 dengan dihadiri oleh 83 aliran. Kepercayaan masyarakat tradisional sangat melekat pada nilai-nilai budaya masyarakatnya yang nantinya akan diturunkan secara turun-temurun. Kebebasan beragama dan mempercayai berbagai aliran dibebaskan oleh negara. Jaminan pemenuhan hak asasi memeluk kepercayaan dan agama telah diatur dalam pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 yang menyatakan “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya.”
 Kajian tentang aliran kepercayaan semakin beragam dan semakin banyak, ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya :
·         Aliran kepercayaan banyak menampilkan ajaran bahkan perilaku penganutnya yang unik dan berbeda. Menurut para penganut agama konvensional atau agama besar (Islam, Kristen, Hindu, Budha) justru telah mengajarkan ajaran-ajaran yang menyimpang bahkan menodai.
·         Identitas aliran kepercayaan masih tetap mewarnai kepercayaan individu meskipun secara formal ia sudah menganut agama-agama besar. Sebagai contoh, meskipun seseorang sudah menyatakan dirinya sebagai penganut agama Islam, akan tetapi terkadang dalam waktu-katu tertentu mempercayai atau memperaktekkan tradisi yang justru diajarkan oleh agama lokal seperti aliran kepercayaan.
·         Meskipun keberadaan aliran kepercayaan sangat banyak di Indonesia, akan tetapi identitasnya masih tetap terpelihara meskipun harus berada dalam sebuah wadah atau oraganisasi atas bentukan rezim.
Dengan alasan beberapa poin di atas, maka penulis akan mencoba membahas mengenai definisi aliran kepercayaan, pengelompokan dan macam-macam aliran kepercayaan, sebab-sebab timbulnya aliran kepercayaan, dan hubungan antara beragamnya aliran keprcayaan dengan negara. Semoga dengan disusunnya makalah ini dapat menambah pengetahuan mengenai berbagai aliran kepercayaan yang ada di Indonesia dan juga mengetahui bagaimana negara menyikapi keberagaman aliran kepercayaan ini.



















BAB II
PEMBAHASAN

1.1       Definisi Aliran Kepercayaan
            Aliran kepercayaan atau disebut juga dengan aliran kebatinan telah muncul sejak Indonesia merdeka. Peristiwa ini ditandai dengan diadakannya Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) yang diikuti oleh berbagai aliran yang ada di Indonesia. Banyak aliran yang turut ikut serta, salah satunya saat diadakan BKKI kelima yang dihadiri 83 aliran. Banyak dari para ahli yang mendefinisikan apa itu aliran kebatinan, tetapi definisi dari kebatinan sendiri masih belum ada yang memuaskan karena banyak para ahli yang hanya mengambil definisi dari kata batin saja.
            Aliran kepercayaan adalah paham yang membentuk komunitas, terdiri dari sejumlah orang yang berasal dari berbagai kepercayaan agama, kemudian mengikatkan diri untuk bersepakat dalam nilai-nilai kehidupan berdasarkan keyakinan batin. Aliran kepercayaan sudah berlangsung ratusan tahun di Indonesia. Aliran kepercayaan sifatnya tersembunyi, maka sangat sulit untuk dirumuskan karena bersifat subjektif.
Diantara pendapat para ahli mengenai definisi aliran kepercayaan atau aliran kebatinan adalah :
Ø  Kamil Kartapraja (1985:1) è Aliran Kepercayaan adalah keyakinan masyarakat Indonesia kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kepercayaan kepada keadaan yang gaib lainnya di luar agama dan tidak termasuk kedalam agama. Menurut Kamil Kartapraja ada 2 jenis dari kepercayaan yaitu :
a)      Kepercayaan yang sifatnya tradisional dan animistis tanpa filosofis dan mistik, contohnya Parmalin, Palbegu, Kaharingn, Toani Tolatong dan suku terasing.
b)      Kepercayaan yang ajarannya terdapat filosofis dan mistik. Inilah yang disebut aliran Kebatinan atau golongan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ø  Badan Kongres Kebatinan Indonesia yang dipimpin oleh Mr.Wongsonegoro tahun 1962 è mengartikan Kebatinan sebagai sumber azas dan sila Ketuhanan Yang Maha Esa untuk mencapai budi luhur guna kesempurnaan hidup.

Ø  M. Asad El-Hafidy  (1977:87) è Kepercayaan adalah suatu faham dogmatis yang terjalin dengan adat istiadat hidup dari berbagai macam suku bangsa. Sedangkan Kebatinan adalah sumber rasa dan kemauan untuk mencapai kebenaran, kenyataan kesempurnaan dan kebahagiaan hidup.
Ø  Hilman Hadikusumo  (1993:85) è Kebatinan adalah asal kata dari “batin” yang artinya  bagian tubuh manusia. Kebatinan dapat diartikam Ilmu yang berusaha mempelajari arti yang dalam dan tersembunyi dalam kitab suci. 
Ø  Mertodipuro dalam R.Rahmat Subagia è Agama Asli Indonesia: (1981:25), Kebatinan adalah cara ala Indonesia untuk  mendapatkan kebahagiaan.
Ø  Harun Hadiwiyono, (Pustaka  1978 : 11) è Mengartikan Kebatinan adalah suatu aliran yang mencari kelepasan atau keselamatan yang dipandangnya sebagai terdiri dari persekutuan  antara manusia dengan Allah dengan menyelam kedalam dirinya sendiri.
Jadi menurut pemahaman penulis aliran kepercayaan itu adalah sebuah aliran kerohanian dan kejiwaan yang tumbuh dari penyatuan berbagai agama untuk mencapai  kebahagian serta kesempurnaan hidup

1.2       Corak yang Mempengaruhi Lahirnya Aliran Kepercayaan Di Indonesia
Prof. Muhammad Muhsin Djayadiguna mengemukakan pendapatnya, bahwa ada 4 corak yang melatarbelakangi lahirnya aliran kepercayaan di Indonesia dan corak inilah yang mempengaruhi para penganut bisa mempercayai sebuah aliran kepercayaan atau kebatinan. Ke-4 corak tersebut adalah :
a)      Science Occulties : Golongan yang hendak menggunakan kekuatan gaib untuk melayani berbagai kebutuhan manusia.
b)      Mysticisme : Golongan yang berusaha menyatukan jiwa manusia dengan Tuhan selama manusia hidup agar dapat merasakan dan mengetahui hidup yang baqa sebelum mati.
c)      Metaphysic : Golongan yang berniat mengenal tuhan dan menembus alam Rahasia “Paransangkaning Dumadi” yaitu dari mana manusia ini dan kemana hidup itu akhirnya pergi.
d)     Morale Religius : Golongan yang berhasrat untuk menempuh budi luhur di dunia ini serta berusaha menciptakan masyarakat yang berdasarkan cinta kasih serta mengindahkan perintah Tuhan.
1.3       Sejarah Perkembangan Aliran Kepercayaan Di Indonesia
Negara Indonesia menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya, hal ini tercantum dalam pasal 29 Ayat 2 UUD 1945. Kata “kepercayaan” merupakan usul  dari Mr.Wongsonegoro dengan arti kebatinan.
            Pada awal kemerdekaan sampai tahun 1950 aliran kepercayaan di  seluruh Indonesia berjumlah 78 aliran. Tahun 1953 Departemen Agama memberitahukan adanya 360 agama baru. Dengan banyaknya pengakuan aliran kebatinan sebagai agama, departemen agama mendirikan PAKEM (Pengawasan Aliran dan Kepercayaan Masyarakat) dengan maksud mengadakan  pengawasan. Pada tahun 1955 BKKI didirikan di Semarang oleh Mr.Wongsonegoro (mantan Menteri PPK). BKKI mendefinsikan  Kebatinan adalah “Sepi ing pamrih rame ing gawe”
            Pada tahun 1959 Dewan Musyawarah BKKI mengajukan permohonan kepada Presiden untuk mensetarakan kebatinan dengan agama-agama resmi. Akan tetapi aliran kebatinan sering menimbulkan keresahan dimasyarakat  dan sering  menimbulkan penodaan pada agama  resmi yang diakui pemerintah. Akhirnya pada tahun 1965 kebatinan di larang oleh kejaksaan Agung, sehingga tahun 1971 jumlahnya  menjadi 167.
            Tahun 1972 jumlah aliran Kepercayaan bertambah 644 aliran. Pada tahun ini diadakan  Perayaan 1 Suro di  Istora Senayan disambut oleh Presiden yang mendesak pembangunan rohani, memisahkan kebatinan dari Agama. Pada tahun 1973 diberikan pengakuan resmi dalam ketetapan IV, MPR 22 Maret 1973 dengan rumusan :
a)      Atas dasar Kepercayaan Bangsa Indonesia terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka peri kehidupan beragama dan peri kehidupan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa didasarkan atas kebebasan menghayati dan mengamalkan Ketuhanan Yang Maha Esa sesuai dengan Falsafah Pancasila.
b)      Pembangunan Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa ditujukan untuk pembinaan suasana hidup rukun di antara sesama umat beragama sesama penganut Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta meningkatkan amal dalam bersama sama membangun masyarakat. 
Pembinaan terhadap kepercayaan pada Tuhan Yang Maha Esa di lakukan dengan alasan :
a)      Agar tidak mengarah kepada pembentukan agama baru
b)      Mengefektifkan pengamabilan langkah yang perlu agar pelaksanaan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa benar-benar sesuai dengan Ketuhanan Yang Maha Esa menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab
Kemudian Presiden Suharto memberikan penjelasan dalam pidato Kenegaraan tanggal 16 Agustus 1978 yang berbunyi :
a)      Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dalam kenyataannya memang merupakan bagian dari Kebudaan nasional kita
b)      Kepercayaan tehadap Tuhan Yang Maha Esa bukanlah agama dan juga bukan agama baru. Karena itu tidak perlu dibandingkan apalagi dipertentangkan dengan agama.
1.4       Macam-Macam Aliran Kepercayaan Di Indonesia
            Jumlah aliran kepercayaan di Indonesia sangat banyak dan beragam. Tapi disini, penulis hanya akan membahas 5 aliran kepercayaan saja, karena telah dianggap mewakili semua aliran yang ada. Bukan hanya dalam ajarannya saja, tapi dengan caranya menyesuaikan diri terhadap zaman modern. 5 aliran kepercayaan itu adalah Paguyuban Sumarah, Sapta Darma, Bratakesawa, Pangestu, Dan Paryana Suryadipura.
1.      Paguyuban Sumarah
Didirikan di Yogyakarta tahun 1950 oleh dr. Soerono Prodjohoesodho. Tetapi ajaran sumarah telah diwahyukan kepada R. NG. Soekirnohartono, seorang pegawai kesultanan Yogyakarta.  Saat itu Indonesia berada dalam kondisi yang bergolak karena menuntut perbaikan nasib dengan dibentuknya suatu parlemen yang sungguh-sungguh. Ini menimbulkan keprihatinan dari diri R. NG. Soekirnohartono. Akhirnya ia melakukan tirakat memohon kepada Tuhan agar bangsa Indonesia bisa cepat merdeka dan mengaku mendapat wahyu  untuk menyampaikan ilmu sumarah kepada umat manusia.
            Menurut dr. Soeroni ilmu sumarah adalah suatu ilmu kebatinan melalui sujud sumarah (menyerahkan diri) sampai tercapai kesatuan jiwa dengan Dzat Yang Maha Kuasa. Ilmu sumarah diajarkan dengan sistim pengasuhan bukan sistim perguruan yang disesuaikan dengan keadaan zaman artinya ajaran sumarah diajarkan secara bertingkat. Kalau dianalogikan seperti seorang mahasiswa yang sedang mecari ilmu di sebuah perguruan tinggi. Tujuan aliran sumarah adalah mencapai ketentraman lahir dan batin dengan memberikan kesanggupan, ikut serta menegakkan negara menuju perdamaian, dan membimbing keutamaan kehidupan lahir. Pokok ajaran aliran sumarah adalah sujud yang diartikan persekutuan dengan Tuhan melalui meditasi (merenung). Orang dikatakan telah mencapai sujud sumarah saat sudah berhasil menyatakan angan-angan, rasa dan budi.
            Dalam aliran sumarah ada 9 fasal yang dinamakan sesanggeman sebagai akta kesanggupan, yaitu :
a)      Kepercayaan kepada Allah, nabi-Nya, dan kitab-Nya
b)      Kesanggupan untuk senantiasa ingat kepada Allah
c)      Pembangunan watak, kesucian hati dan roh
d)     Mempererat persaudaraan yang yang berdasarkan kasih
e)      Mengembangkan kewajiban hidup bernegara dan bermasyarakat
f)       Sanggup bertindak benar
g)      Menjauhkan diri dari perbuatan jahat
h)      Rajin memperluas pengetahuan lahir batin
i)        Tidak fanatic
Bila 9 fasal ini telah disanggupi maka akan diadakan latihan sujud oleh Pamong Pemagang. Latihan pertama menenagkan panca indera, kemudian Warono (pemimpin umum) yang dianggap sebagai corong Tuhan akan membimbing mengenai wewarah (ajaran) yang berhubungan dengan ilmu sumarah.
Jadi, aliran kepercayaan paguyuban sumarah dapat dipandang sebgaai tempat latihan sujud dan ajaran sumarah mewakili semua aliran ajaran kebatinan yang sederhana dalam ajrannya.



2.      Sapta Dharma
Sapta darma mempunyai arti 7 kewajiban atau 7 amalan suci yang didirikan oleh Hardjosapoero dari Pare, Kediri. Sapta darma diwahyukan pada tanggal 27 Desember 1952 pukul 1 malam. Pada waktu itu Hardjosapoero digerakan seluruh tubuhnya yang sekarang dijadikan pedoman gerakan persujudan sapta darma, sambil mengucapkan beberapa kalimat yang sekarang juga digunakan sebagai bacaan dalam upacara persujudan sapta darma. Keesokan harinya, Hardjosapoero mengunjungi rumah temannya untuk menceritakan kejadian tersebut. Setelah diceritakan temannyapun mengalami hal yang sama seperti Hardjosapoero, tubuhnya bergerak-gerak sendiri. Ini terjadi setiap Hardjosapoero mengunjungi temannya dan menceritakannya. Kejadian ini terjadi kepada 6 teman Hardjosapoero.
Saat sedang berkumpul bersama 6 temannya, Hardjosapoero mengalaimi Racut yaitu mengalami mati didalam hidup , dimana Hardjosapoero meninggalakn badan wadagnya (jasmaninya), naik ke atas kemudian masuk kedalam sebuah masjid besar yang indah dan melakukan sujud di pengimaman. Sesudah itu Hardjosapoero bertemu seseorang yang bercahaya, kemudian mengangkatnya, mengayun-ayunkannya, dan dibawa kesebuah perigi ayng penuh air yaitu Sumur Gumuling dan Sumur Jolotundo. Hardjosapoero diberikan 2 buah keris Nogososro dan Bendosugodo. Setelah itu Hardjosapoero diperintahkan kembali dan Ia terbangun lalu hidup kembali.
Sapta darma adalah suatu tempat latihan sujud. Sujud sapta darma artinya bertelut dan menundukan kepala hingga menyentuh tanah (pengertian sujud yang asli).  Inti sari dari ajaran sapta darma adalah Menghayu-Hayu Bagya Bawana artinya agar hidup manusia bahagia dunia dan akhirat. Lebih lengkapnya intisari dari ajaran sapta darma ini adalah :
a)      Menanamkan kepercayaan dengan keyakinan Allah itu ada dan Esa
b)      Melatih kesempurnaan sujud
c)      Mendidik manusia untuk suci dan jujur
d)     Hidup teratur
Sapta Darma beranggotakan orang-orang dari daerah pedesaan dan orang-orang pekerja kasar yang tinggal di kota-kota. Walaupun demikian para pemimpinnya hampir semua priyayi. Buku yang berisi ajarannya adalah Kitab Pewarah Sapta Dharma.

3.   Ajaran Bratakesawa
Bratkesawa adalah pensiunan wartawan dari Yogyakarta yang menulis buku Kunci Swarga. Bukunya menuraikan tentang I`tikad kepada Tuhan Yang Maha Esa, menurut salah satu faham yang uaraiannya berdasarkan dalil naqli (kitab tuhan) dan dalik akli (hasil pemikiran akal). Dalam buku ini dibahas tentang Allah, Manusia, dan Kelepasan.  Bratkesawa saberusaha mendasarkan pandangannya atas dasar Al-Quran.
4.   Ajaran Pangestu
            Pangestu adalah singkatan dari Paguyuban Ngesti Tunggal artinya perstuan untuk dapat bertunggal. Didirikan pada tanggal 20 Mei 1949 di Surakarta. Tapitelah lama diwahyukan pada 14 Februari 1932 (dalam Serat Sasangka Jati) kepada R. Soenarto Mertowordojo dirumahnya di Widuran, Surakarta.
            Sejak kecil, R. Soenarto Mertowordojo sudah mencari-cari jalan benar tuntuna illahi dengan berguru ke banyak guru. Tapi tidak ada hasil yang memuaskan kemudian beliau memutuskan tidak berguru lagi. Suatu waktu R. Soenarto Mertowordojo sedang melakukan shlat dhaim kemudian merasa terlena, kantuk, merasa ada dan tidak ada dan mendengar suara didalam hatinya “Ketahuilah olehmu yang namanya ilmu sejati adalah petunuj yang nyata, yaitu jalan yang benar yag sampai pada asal muasal hidup.” Beliau merasa takut dan kemudian terdengar lagi suara : “Aku Suksma Sejati yang menghidupi sekalian alam bertakhta didalam semua sifat hidup, aku utusan Tuhan yang abadi, yang menjadi pemimpin, pembimbing, dan gurumu yang sejati ialah Guru Semesta Alam. Aku datang menyampaikan Anugerah Tuhan.”
            Aliran pangestu bertujuan mengantarkan manusia pada kesejahteraan abadi di pangkuan Sang Suksma Kawekas (Tuhan Allah) dan memperkokoh kesejahteraan umatnya bagi bangsa dan negara. Siapa saja bisa menjadi anggota aliran panegstu, asal sudah encapai usia 17 tahun. Inti pertemuan aliran pangestu terdapat di dalam Rasa yaitu pertemuan warga guna mempelajari ajaran dari Sang Guru Illahi.
5.   Ajaran Paryana Suryadipura
R. Paryana Suryadipura adaalh seorang dokter yang pada tahun 1950 menulis sebuah buku berjudul Alam Pikiran tentang proses berpikir yang menuntut kebahgiaan hidup baik untuk sendiri, keluarga, agama, nusa, dan bangsa. Dikemukakan mengenai mekano-energetis (tenaga dan syahwat). Maksudnya bahwa berfikir terjadi karena aliran listrik dari otak yangmasuk melalui panca indera. Utamanya adalah hukum kekekalan tenaga dan tenaga. R. Paryana Suryadipura mengemukakan teori baru dibidang antropologia biologi dengan memakai dasar kebatinan.

1.5       Sifat-Sifat Kebatinan
Ø  Batin
Batin berada di dalam manusia lawan dari lahir. Batin berasal dari bahasa Arab artinya perut, rasa mendalam, tersembunyi, rohani, dan azas. Kebatinan pada umunya  menunjukkan segala usaha dan gerakan  untuk merealisasikan daya batin. Bagi mereka segala usaha yang bersifat lahir akan kembali kepada  azas kebatinan yaitu roh.
Ø  Rasa
Sifat rasa berkaitan dengan sifat batin. Disebut juga pengalaman rohani subyektif, reaksi atas tradisi kolot dimana agama terdiri dari dari penghayatan bahasa yang tidak dimengerti artinya, ketaatan kepada peraturan  yang tidak dilihat gunanya, dan iman kepada wahyu yang diantarkan oleh orang lain. Semua itu menyiapkan manusia untuk menerima wahyu sendiri, mendengar suara di dalam hati, dan melukiskan hal-hal yang membuat rasa tentram dan puas.
Ø  Keaslian
Para Penganjur  kebatinan merasa bangga bahwa disamping sekian banyak pengikut religius, yang berasalkan  dari mereka itu satu-satunya yang asli. Mereka memakai bahasa pribumi, upacara, dan ibadat setempat serta gaya hidup yang diwariskan oleh nenek moyangnya. Mereka mampu menggali kekayaan rohani yg terpendam dalam jiwa bangsa secara penuh. Dan inilah daya tarik  aliran kebatinan  yg mampu menawan perhatian ribuan orang karena keasliannya.
Ø  Daya Gaib
Merupakan daya tarik bagi ribuan orang, pengaruh nujum, magic, ocultisme, ilmu alamat, pertanda, sakti, zimat, mantera dan rapal, hipnotis, werejit, tenung, pelet. Dan inilah faham alam pemikiran pada abad lampau yang pernah berkembang di negara ini. Dalam buku Mr.Wongsonegoro dikataka “Kebatinan dan Ilmu Gaib merupakan Dwitunggal”
Ø  Sifat Etis
Banyaknya kasus  kemorosotan moral, kebobrokan akhlak, menggambarkan seakan-akan nilai tatanan moral dan kaidah-kaiadah masyarakat tidak digunaka. Kemudian timbul protes dikalangan kebatinan, menyerukan agar semua orang kembali pada “Budi Luhur Sepi Ingpamrih Rame Ing Gawe”

Dilihat dari  dasar ontologi atau metafisikanya yaitu pandangan tentang hakikat Tuhan, alam dan manusia. Aliran kebatinan mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
Ø  Aliran Kebatinan yang bersifat panteistis, karena menggambarkan adanya kesamaan antara manusia dengan Tuhan. Setidak menggambarkan imanen Tuhan di dalam diri manusia. Misalnya Pangestu,Sapta Darma, Sumarah, Perikemanusiaan, Kepribaden, Bratakesawa.
Ø  Sifat kebatinan yang mempunyai kecenderungan animistis atau ada unsur animisme Artinya adanya kecenderungan kepercayaan kepada ruh-ruh nenek moyang yang memberikan pertolongan dan mendatangkan bahaya kepada masyarakat.
Ø  Sifat yang memberikan penekanan tujuan duniawi dengan ungkapan yang menunjukkan keterikatannya dengan masa kini dan tidak jelas konsep ketuhanannya, serta tidak sejalan dengan pemahaman pada umumnya yang bersifat kerohanian dan kebatinan.

1.6       Inti dan Pemikiran Aliran Kebatinan
                               I.            Rahmat Subagya
a)      Usaha mengintegrasian diri è Mencapai budi luhur dengan cara : menekung, olah rasa, eling, mawas diri, dasa sila, semadi, mateng meleng, cipta rasa dan karsa, yoga, pantang tapa brata, miji, ciptaning, wangsit, dikir sujud, dan menyingkap maya.
b)      Pengalaman peralihan (Transformasi) beralih dari kondisi semula dan mengalami identitas baru.Identitas baru itu bisa disebut, keadaan suwung : Tanpa hawa nafsu, sunyi, senyap, sunyata, lebur, mati sajeroning urif, pleng kompleng, teofani (hadirnya Tuhan dlm manusia) manusia, Gambuh, Racut, Yoga, tekad manunggal dengan gusti.
c)      Berkat ditranformasi tercapailah identitas  dengan jiwa alam, kekuasaan insani, maka terjadi daya luar biasa dan keajaiba. Seperti ramalan, telepati, Bilokasi (hadir dalam dua tempat satu waktu), xenolali (bicara bahasa tidakn dikenal), telekinese (menggerakkan sesuatu tanpa menyentuhnya), psyhurgi (menyembuhkan penyakit dengan daya budi), invulnerability (kebal terhadap senjata). Daya daya gaib ini hampir ditekuni oleh semua aliran kebatinan, dan ini merupakan  sumbangan bagi pembangunan katanyas. 

1.7       Motif Masyarakat Menggemari Aliran Kebatinan
a)      M.M. Djojodiguna è Alasan orang Indonesia menganut aliran kebatinan karena para pemimpin agama kurang memperhatikan soal kebatinan dan tidak cakap dalam menyimpulkan ajaran agamanya dalam prinsip-prinsip pokok yang sederhana, yang mudah dipergunakan sebagai pegangan bagi seorang manusia, bagaimana ia harus menentukan sikapnya, tingkah lakunya terhadap Tuhan, dan terhadap sesama manusia dalam menghadapi berbagai  kesulitan sehari-hari.
b)      HM. Rasyidi è Menurutnya hal ini terjadi karena para ulama pada masa lampau banyak yang hanya mengetahui kitab-kitab yang dipelajari di dan kitab-kitab yang dipelajarinya tersebut hanya pelajaran bahasa Arab dan fikih yang secara metodologi dan isinya telah usang. Karena itu-lah maka para ulama tersebut tidak dapat menjiwai pesan Islam, mereka hanya merasakan formalitas semata-mata.
c)      Selain alasan itu, kondisi Indonesia sendiri yang masih terdapat kalangan orang-orang Jawa abangan, agama suku pedalaman yang memiliki latar belakang tradisi kebudayaan spiritual nenek moyang yang masih kuat yang dipengaruhi oleh spiritualitas Hindu-Budha atau Hindu-Jawa. Dalam kasus aliran kebatinan ini, mereka yang Jawa abangan ini kemudian menganut kepercayaan kejawen atau aliran kebatinan tertentu yang sesuai dengan pandangan hidupnya.




1.8       Aliran Kebatinan Dilihat dari Kehidupan Bernegara
            Agama dan kebatinan merupakan hal yang bersifat pribadi. Perbedaan pandangan di dalamnya tidak dipermasalahkan selama tidak menyentuh langsung privasi dan menekankan pada kehidupan yang rasional dan tidak mempermasalahkan kepercayaan seseorang. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak membawa urusan agama atau urusan pribadi lainnya, tetapi lebih menekankan kepentingan bersama dan kemampuan manusia sendiri untuk mengatur dan mengusahakan jalan hidupnya sendiri.
Tetapi di Indonesia, sikap toleransi belum sepenuhnya terlaksana. Sebagian masyarakatnya masih hidup dengan memelihara budaya lama. Agama dan kebatinan merupakan bagian hidup dan sebagian lagi menggantikan kehidupan budaya lama dengan kehidupan yang agamis dan ada yang "memaksakan" agamanya kepada negara atau orang lain. Sebagian lagi berusaha untuk hidup rasional, tidak terkekang dalam urusan fanatisme agama. Sebagian lagi tidak peduli dengan urusan agama ataupun budaya, hidup menurut jalan prinsip hidupnya sendiri.
Di Indonesia sebagian masyarakatnya tidak menghargai privasi, tidak menghargai kehidupan religi dan kepercayaan orang lain, tidak menghargai hidup rukun dan kebersamaan, memaksakan egoisme pribadinya terhadap orang lain yang tidak sejalan. Konflik kesukuan dan agama sering terjadi karena adanya orang-orang yang memaksakan egoismenya.
Di dalam sikap hidup kebatinan ada laku dan ritual yang dilakukan manusia, seperti puasa mutih, puasa senin-kamis, wiridan, zikir, pengajian, doa bersama, tahlilan, selametan, dan lain-lain. Tetapi sikap dan laku dalam berkebatinan tidak selalu harus ditunjukkan dengan laku tertentu yang kelihatan mata, karena kebatinan berisi sikap hati dan pandangan pribadi yang semuanya tidak selalu terwujud dalam laku dan ritual yang kelihatan mata.
Demikian lah masyarakat bangsa indonesia menyikapi berbagai aliran kebatinannya. Jika kebatinan dipandang sesuai hakekatnya, sesuai arti dan maknanya, jika orang mau mengakui seseorang yang memandang kebatinan dan aliran kebatinan, maka kehidupan berbangsa dan bernegara akan teratur dan sangat tumbuh sikap toleransi antar umat.



1.9       Hubungan Aliran Kebatinan dengan Negara
            Negara tidak pernah mempermasalahkan berbagai macam aliran kepercayaan yang berkembang, selama aliran tersebut masih dalam batas kewajaran dan tidak tergolong ke dalam kriteria sesat yang ditetapkan oleh MUI. Ini dibuktikan dengam diberlakukannya pasal 29 Ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi : “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan kepercayaanya.”
Hubungan aliran kepercayaan dengan negara sangat terlihat pada 2 aliran kepercayaan yang mewakili semua aliran kepercayaan karena ajarannya yag sederhana, yaitu Aliran Paguyuban Sumarah Dan Sapta Darma. Aliran Paguyuban Sumarah mempunyai tujuan mencapai ketentraman lahir dan batin dengan memberikan kesanggupan, ikut serta menegakkan negara menuju perdamaian, dan membimbing keutamaan kehidupan lahir dan Aliran Sapta Darma mempunyai inti ajran mengenai bagaimana mendidik manusia untuk suci dan jujur serta untuk hidup yang teratur. Ke dua aliran ini mengajarkan bagaimana caranya bersujud untuk berserah kepada Allah dengan berserah yang sebenar-benarnya. Jika sudah demikian, maka akhlak manusia akan lebih teratur dan tidak dikuasai nafsu. Sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara akan lebih teratur dan terjauhkan dari berbagai konflik.
            Jadi, hubungan antara negara dengan aliran kebatinan atau kepercayaan adalah dalam hal menciptakan kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil, teratur, damai, mempunayai rasa nasionalisme, menjaga keamanan negara, dan mencegah konflik yang menimbulkan perpecahan.




















BAB III
KESIMPULAN

            Aliran kepercayaan atau kebatinan telah muncul di Indonesia sejak sebelum diperoleh kemerdekaan. Ditandai dengan diadakannya Badan Kongres Kebatinan Indonesia (BKKI) yang diikuti oleh banyak aliran di Indonesia. Banyak sekali jumlah aliran yang terdapat di Indonesia. Tetapi ada 5 aliran yang dapat dipandang mewakili semua aliran kepercayaan yang ada, bukan hanya dalam ajarannya saja tapi juga dalam caranya menyesuaikan dengan perkembangan zaman. 5 aliran kepercayaan itu adalah Paguyuban Sumarah, Sapta Darma, Bratakesawa, Pangestu, Dan Paryana Suryadipura.
            Aliran Paguyuban Sumarah dan Sapta Darma telah mewakili semua aliran kepercayaan yang memiliki ajaran sederhana. Aliran Bratakesawa berusaha mendasarkan pandangannya atas Al-Quran seperti dalam buku yang berjudul “Kunci Swarga”. Aliran Pangestu adalah aliran yang dipengaruhi agama Kristen yang pernah digunakan sebagai dasar pemikiran modern atau ilmiah dalam bidang ilmu jiwa. Aliran Paryana Suryadipura mengemukakan teori baru di budang Antrophologia biologi dengan dasar kebatinan.

            

1 komentar:

  1. Coin Casino - Choose a Favorite Casino from 2021!
    Join our new and improved selection of casino games, 제왕카지노 and choose a Casino of your choice today. Our casino will give you 코인카지노 the 카지노사이트 chance to play casino games

    BalasHapus